Thursday, February 11, 2010

Lautan Pasir Bromo vs Motor Honda


Alhamdulillah…lanjutannya neh…

Lepas sholat kami langsung dihadang tanjakan 45 derajat yang bikin motor kami meraung2 tidak karu2an. Lepas dari tanjakan kami sudah harus membiasakan diri melewati jalanan dengan kemiringan yang mengerikan. Di satu tanjakan curam plus kelokan patah SF1 salah ambil jalur karena papasan dengan mobil angkut sayuran, akibatnya gas dibetot abis motor gak mau jalan malah minta didorong sama boncenger (menggelikan A8 produk tahun 80an enteng aja melibas malah SF1 tahun 2005 megap2...).

View selanjutnya susah dirangkai kata saking indahnya ciptaan Yang Maha. Kanan kiri kami tampak berjajar pegunungan Tengger dengan rimbun pepohonan plus hawa dingin yang merasuk (meskipun saat itu matahari lagi garang2nya jam 1 siang ).Kelokan dan tanjakan plus view ciamik membuat SF1 dan A8 merangsek dengan semangat tinggi.

Gunung Batok....ya gunung ini langsung jadi view yang khas dan mudah diapal sama punggawa2 yang kali ini hiking by riding. Pesona Batok n Bromo langsung tergambar di sebelah kanan kami plus puluhan wisatawan yg sengaja nongkrong di tepi2 jalan mengabadikan keindahan alam Tengger. Tapi kami tetap betot gas karena tujuan tinggal hitungan menit saja menuju ke Penanjakan. Tepat pukul 14.05 siang, Minggu tanggal 19 Juli 2009 , kami sampai di Pananjakan. Tanpa menunggu waktu lama kami jeprat jepret bak fotografer profesional plus mejeng ala model ( buat cover majalah Trubus hihihi ). Lepas penat sambil minum n ngemil ( kue dan makanan ringan ) tenaga kami pulih lagi ditambah matahari menyengat tapi hawa dingin merasuk bikin kami ceria.

Perjalanan selanjutnya didominasi jalanan menurun terjal ( 45 s/d 50 derajat kemiringannya )lepas kami dari Penanjakan. Selama itu pula disetiap momen kami tidak lepaskan untuk sekedar mejeng berempat ( eman kalo gak diabadikan ) dengan latar belakang view Tengger yang ciamik punya ( baca bukan promosi ). Terjalnya jalanan menurun memakan korban penutup rantai A8 lepas ( untung bukan rantainya ). Setelah berkutat dengan rem dan kosentrasi tinggi ( hampir gak perlu ngegas n gigi 1 selalu membantu menahan laju turun kami)...akhirnya jalanan menjadi rata.

Sejauh mata memandang yang ada hanya hamparan pasir lembut dan dinding pegunungan Tengger yang tampak anggun menjulang seperti benteng mengelilingi gunung Batok dan Bromo. Kaki2 kami yang dah pada tambun ini membuat sepatu2 kami terbenam di pasir lembut Bromo,yang telah dipancari mentari dengan panasnya berjam2 yang lalu. Seperti biasa kamera digital hasil minjam kami habiskan memorynya untuk mengabadikan view yang tak terlupakan ini ( padahal kami dah terhitung berkali2 ke Bromo masih gak ada bosen2nya ).

Perjalanan selanjutnya mirip kisah rally Paris Dakkar ( kayak pernah ikut aja hehehe ) sungguh sulit menerabas lautan pasir Bromo yang telah dipanggang matahari berjam2. Motor2 kami bannya amblas tenggelam menjadikan handling sulit dan seperti naik kuda jingkrak saja. Terkadang boncenger harus turun ( lebih banyak turun drpd naiknya hihihi ) untuk membantu motor tunggangan kami menerabas ganasnya pasir Bromo. Deru angin yang mirip di film2 layar lebar plus keringat yang jadi duingin sekali jika terkena badan kami sendiri ( hawanya berubah drastis karena matahari mulai tertutup dinding2 pegunungan Tengger ) membikin tenaga kami terkuras ( minum n ngemil lagi deh..)

Tak terasa sudah 1 jam kami berjuang melewati lautan pasir Bromo , di depan kami sudah menghadang rumput plus alang alang liar yang menghijau ( anda pernah nonton film2 koboi ndak??? Kalo pernah a seperti itulah view yang harus kami trabas kali ini.) Jalanan relatif mudah tidak sesulit tadi meski pasir lembut masih mendominasi, dan di kanan kiri kami tumbuhan lebat tapi tidak lebih dari 0,5 s/d 1meter merajalela sepanjang mata memandang. Panoroma dinding2 peg. Tengger yang melingkupi kami tampak merah kuning kehijauan karena polah tingkah sang surya yang mulai condong di ufuk barat. Oh ya, kami juga sempat berpapasan dengan rombongan jeep die harder puluhan mobil yang mengangkut rombongan wisatawan yang ingin melihat gunung Bromo plus adventurer. Debu2 berterbangan membikin kami malas melanjutkan perjalanan,jadinya mirip gelandangan yang nyasar di negeri antah berantah sambil diringi salam hangat plus bengong rider2 jeep ngeliat kami menerabas belantara Bromo hanya pake motor. But show must go on sang surya dah mulai malas menampakkan diri sebentar lagi peg. Tengger ini akan diliputi kesunyian, senyap , gelap, bintang bertaburan tak terhitung dipadu simfoni deru angin…..yup kami harus bergegas perjalanan pulang ke Malang masih jauh.

Deru motor kami meraung2 memantul2 disepanjang dinding peg Tengger ketika kami mulai merayap naik menuju ke Njemplang. Jalanan dah enakan berupa potongan2 cor berbentuk balok2 rapi menggantikan aspal jalanan.Pas di Njemplang kami beristirahat membersihkan debu di sekujur badan sambil lamat2 terdengar suara Adzan Maghrib dikejauhan ( ternyata Muhammad SAW influence dah sampai pula di masyarakat Tengger…trims…God…only Allah….) Setelah bersiap sekedarnya SF1 menggeber lebih dulu ( karena lampu halogennya lebih terang drpd A8 ) dengan rem berdencit2 plus gigi 1 dan 2 mendominasi ( jalanan keriting cor abis, plus kelokan sempit, tajam, dan dominasi turunan terjal ). Desa Ngadas kami lewati dengan kerlap kerlip lampunya sementara kanan kiri kami hanya kegelapan semata dengan jurang menganga siap menelan siapa saja yang lengah. Kegelapan hutan ini kami lewati dengan mulus sampai di ujung desa Gubuk Klakah (...ahhhh peradaban akhirnya ) dominasi jalanan menurun tajam sudah lebih mendingan karena jalanan beraspal. Tepat pukul 19.20 malam kami sampai di Tumpang, untuk mengusir penat kami berpesta mie ayam Jakarta ( hem nyumy..) Dari Tumpang ke Malang sudah dekat tidak sampai 45 menit kami dah sampai Malang... ( Alhamdulillah terima kasih Ya Allah atas kesempatannya....bertadabur )

Sampai jumpa diperjalanan kami selanjutnya...ciaooooo !!!!

No comments:

Post a Comment